Biografi Singkat Sunan Ampel

Blogtokohpedia – Biografi Singkat Sunan Ampel; Raden Rahmat atau yang biasa dikenal dengan nama Sunan Ampel adalah putra tertua dari Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik).

Sunan Ampel adalah salah satu dari anggota Walisongo (sembilan wali), tokoh terkenal yang menyebarkan agama Islam secara luas di Pulau Jawa.

Sama seperti ayahnya, Sunan Gresik, jasa beliau sangatlah besar dalam penyebaran agama Islam di tahan Jawa. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa beliau adalah Bapak dari para wali.

Sebab, dari tangannya-lah lahir para pendakwah Islam kelas wahid. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah dari Sunan Kudus, pada masa kecilnya ia dikenal sebagai Raden Rahmat.

Raden Rahmat lahir di Champa tahun 1401 M, dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1481 M di Demak. Ia dimakamkan di bagian sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

Baca Juga: Biografi Singkat dari Sunan Kalijaga

Nama Ampel sendiri telah diidentikan dengan nama tempat dimana ia sudah lama bertempat tinggal, yakni di daerah Ampel atau Ampel Denta. Wilayah itu sekarang menjadi bagian dari Surabaya.

Terdapat beberapa versi yang mengatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke Jawa di tahun 1443 M bersama-sama dengan sang adik, Sayid Ali Murtadho.

Di tahun 1440, sebelum ia sampai ke tanah Jawa, mereka terlebih dahulu singgah ke Palembang. Selama kurang lebih sekitar tiga tahun di sana, kemudian ia berlabuh ke daerah Gresik.

Setelah itu ia melanjutkan berpjalanan ke Majapahit untuk bertemu dengan bibinya, seorang putri dari Champa yang bernama Dwarawati.

Bibinya pada masa itu dipersunting oleh seorang raja Majapahit yang beragama Hindu dan bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Biografi Singkat: Sunan Ampel Menikahi Putri Adipati di Tuban

Sunan Ampel diketahui menikah dengan putri dari Adipati di Tuban. Dari pernikahannya tersebut ia dikarunia beberapa orang putera dan puteri.

Diantaranya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat, yang dikemudian hari menjadi penerusnya.

Saat Kesultanan Demak (25 Km bagian Selatan dari Kota Kudus) akan didirikan, Sunan Ampel berkontribusi besar dalam lahirnya Kerjaan Islam pertama di Pula Jawa itu.

Baca Juga: Biografi Singkat dari Gajah Mada, sang Pencetus Sumpah Palapa

Ia juga yang telah menunjuk muridnya, Raden Patah untuk menjadi Sultan Demak pada tahun 1475 M. Raden Patah pada waktu itu adalah putra Prabu Brawijaya V Raja dari Kerajaan Majapahit.

Raja Majapahit waktu itu memberikan hadiah suatu daerah kepada Sunan Ampel. Ampel Denta yang waktu itu masih berupa rawa-rawa, adalah daerah yang sudah dihadiahkan kepadanya.

Berperan Penting Dalam Penyebaran Agama Islam

Ia mengembangkan dan membangun pondok pesantren di sana, merangkul masyarakat yang ada disekitarnya.

Di pertengahan abad ke-15, pesantren itu menjadi sebuah sentra pendidikan yang paling berpengaruh di wilayah Nusantara, bahkan sampai ke mancanegara.

Sunan Giri dan Raden Patah adalah salah satu dari para santrinya. Para santri tersebut ia perintahkan untuk pergi berdakwah ke berbagai wilayah di Jawa dan Madura.

Baca Juga: Biografi Singkat dari Hayam Wuruk

Sunan Ampel adalah seorang yang menganut Fikih mazhab Hanafi. Namun, untuk para santrinya, ia memberikan pengajaran yang amat sederhana.

Ia menekankan dalam hal penanaman akidah dan ibadah. Sunan Ampel lah yang mengenalkan instilah dari “Moh Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madon, moh madat).

Yakni sebuah seruan untuk hal “tidak berjudi, tidak mabuk, tidak mencuri, tidak berzina, dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang/narkoba.”

Biografi Singkat: Perjalanan Hidup Dari Sunan Ampel

Seperti yang diketahui, Sunan Ampel lahir di Champa. Para sejarawan sulit untuk menentukan dimana Champa hingga saat ini.

Sebab, belum ada catatan tertulis ataupun prasasti yang menunjukkan lokasi Champa ada di Malaka atau Kerajaan Jawa.

Namun terdapat beberapa keyakinan dari para sejarawan yang menyebutkan bahwa Champa adalah sebutan lain dari Jeumpa dalam bahasa Aceh. Oleh sebab itu, Champa masih berada di dalam wilayah kerajaan Aceh.

Baca Juga: Biografi Singkat Mohammad Hatta

Ayahnya adalah Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, yaitu keturunan dari Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra. Syekh Jamalluddin adalah seorang Ahlussunnah bermazhab Syafi’i, ia juga seorang ulama yang berasal dari Samarqand, Uzbekistan.

Ibunya adalah Dewi Chandrawulan, saudara kandung dari Putri Dwarawati Murdiningrum. Bibinya tersebut adalah ibu dari Raden Fatah, dan istri dari Prabu Brawijaya V (Raja Majapahit).

Sunan Ampel Memiliki Dua Orang Isteri

Sunan Ampel diketahui memiliki dua orang isteri, yaitu Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati. Dari isteri pertamanya ia dikaruniai dua orang putri, yaitu Dewi Murtasih dan Dewi Murtasimah.

Dewi Murtasih yang kelak menjadi istri dari Raden Fatah (Sultan pertama Kerajaan Demak Bintoro). Sedangkan Dewi Murtasimah yang nantinya menjadi permaisuri dari Raden Paku atau Sunan Giri.

Dari isteri yang kedua, Sunan Ampel dikaruniai lima orang anak: Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofia, Raden Maulana Makdum, Sunan Bonang atau Ibrahim, dan Sunan Drajat (Syarifuddin atau Raden Kosim).

Pengaruh Sunan Ampel Terhadap Majapahit

Pada Babad Diponegoro, menceritakan bahwa ia memiliki pengaruh yang cukup kuat di Kerajaan Majapahit.

Meskipun Raja Majapahit menolak untuk masuk Islam, namun Sunan Ampel dibebaskan untuk mengajarkan agama Islam di masyarakat Majapahit, asalkan tanpa adanya pemaksaan.

Selama ia menetap di Majapahit, ia dinikahkan dengan Nyai Ageng Manila, putri dari Bupati Tuban, Temanggung Arya Teja.

Sejak saat itu, gelar raden dan pangeran melekat di depan namanya. Ia diperlakukan sebagai keluarga kerajaan Majapahit, ia juga semakin disegani oleh masyarakat.

Di hari yang sudah ia tentukan, berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke Ampel. Dari Trowulan, melewati Desa Krian, Wonokromo, lanjut ke Desa Kembang Kuning.

Pada sepanjang perjalanan, Raden Rahmat terus berdakwah. Ia membagi-bagikan kipas yang terbuat dari sebuah akar tumbuhan untuk para penduduk.

Mereka mengambil kipas tersebut dan mengucapkan kalimat syahadat. Dan seiring waktu, para pengikutnya pun kian bertambah banyak.

Sebelum mereka tiba di Ampel, ia membangun sebuah langgar (mushalla) sederhana di Kembang Kuning, 8 Km dari Ampel.

Baca Juga: Biografi dari Dewi Sartika, Pahlawan Nasional Indonesia

Langgar yang ia bangun tersebut kemudian membesar, megah dan dapat bertahan hingga sekarang. dinamai Masjid Rahmat.

Sesampainya di Ampel, tindakan yang ia lakukan adalah membagun masjid untuk pusat ibadah dan dakwah. Setelah itu ia membangun pesantren, mengikuti konsep Sunan Gresik saat pertama kali di Gresik.

Adapun model pesantrennya mirip dengan konsep dari konsep biara yang saat itu sudah dikenal oleh masyarakat di Jawa.

Beberapa Fakta Dari Sunan Ampel

Sunan Ampel memiliki sensitivitas dalam hal beradaptasi. Caranya untuk menanamkan akidah syariat Islam sangat memperhatikan kondisi dari masyarakat.

Misalnya saja, kata shalat ia gantikan dengan sembahyang (asalnya dari kata sembah dan hyang). Tempat ibadahnya tidak disebut dengan nama mushalla, namun dengan menggunakan langgar (mirip sanggar).

Para murid penuntut ilmu disebut dengan santari (santri), yang berasal dari kata shasti yang memiliki arti orang yang paham dengan buku suci agama Hindu.

Siapapun dari kalangan manapun, entah itu bangsawan ataupun rakyat jelata bisa nyantri ke Sunan Ampel. Meskipun bermazhab hanafi, namun ia sangat tolerir ke mazhab lainnya.

Santrinya dibebaskan untuk bermazhab. Dengan cara pandangnya yang netral itu, pendidikan di wilayah Ampel mendapatkan perhatian.

Dari sinilah sebutan untuk Sunan Ampel mulai dikenal. Ia meninggal tahun 1481 di Demak, dan selanjutnya dimakamkan di Ampel, Surabaya.

Siapakah Agnes Ann Luisa?
Hobi membaca Cerita Horror?
Atau suka membaca Berita Viral?