Biografi Singkat Gajah Mada Pencetus Sumpah Palapa

Blogtokohpedia – Biografi Singkat Gajah Mada; Sejarah dari Nusantara tidak pernah bisa terlepas dari seorang sosok yang terkenal bernama Gajah Mada.

Gajah Mada telah menjadi lambang kekuasaan dari Kerajaan Majapahit yang sanggup menyatukan Nusantara. Ia berjuang dari kalangan kelas bawah, yang awalnya hanya seorang rakyat biasa yang terus berjuang hingga pada akhirnya bergelar Maha Patih.

Sebelum kita menjabarkan lebih jauh tentang biografi dari Gajah Mada, ada baiknya jika kita membahas apa arti dari Patih. Patih jika disamakan dengan keadaan jaman sekarang disetarakan dengan Perdana Mentri di era kerajaan jaman dahulu di Nusantara.

Selain gelar patih yang ada di Jawa, diberbagai wilayah juga berkembang gelar yang hampir serupa dengan sebutan patih, yaitu Patti (Maluku) dan Pateeh (Brunai).

Patih adalah gelar jabatan untuk seorang prajurit kepercayaan para raja, pengawal pribadi sang raja, prajurit terkuat dalam suatu kerajaan, pemimpin dalam prajurit, atau komandan.

Patih dalam sejarah di Jawa adalah sosok yang memiliki ilmu kanuragan yang sangat tinggi, pintar, halus dalam berbahasa, sehingga bisa menjadi sosok yang dianggap sebagai wakil utusan untuk seorang raja.

Isi Dari Lontar Babad Gajah Mada

Lontar Babad Gajah Mada sendiri menyebutkan bahwa kedua orangtua Gajah Mada sendiri berasal dari Majalangu. Gajah Mada pahir pada tahun 1221 Saka (1299 M), sesuai dengan kalimat yang berbunyi On Cri Caka Warsa Jiwa Mrita Yogi Swaha.

Ayah dari Gajah Mada bernama Curadharmawyasa, dan ibunya bernama Nariratih. Setelah mereka bertemu dan mengikuti Mpu Ragarunting di Lemah Surat, nama mereka telah berganti menjadi Curadharmayogi dan Patni Nariratih yang setelahnya mreka berdua menjadi seorang Brahmana.

Kedua Orangtuanya Mengembara ke Hutan

Karena merasa malu kepada Mpu Ragarunting dan juga terhadap orang lain tentang berita Patni Nariratih yang hamil dan kian membesar, Curadharmayogi mengajaknya untuk pergi mengembara ke dalam gunung dan hutan yang sunyi jauh dari khalayak ramai.

Hingga pada suatu malam yang sunyi, kandungan dari Patni semakin membesar dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat, Curadharmayogi membawanya ke Desa Maddha di bawah kaki Gunung Semeru.

Ia membawa istrinya ke Bale Agung yang terletak disebuah pura atau candi dan kemudian meninggalkan bayi Gajah Mada. Bayi tersebut kemudian ditemukan oleh seorang patih dan dibawa ke Majapahit. Bayi tersebutlah yang kemudian diberi nama Gajah Mada.

Jabatan Gajah Mada di Majapahit

Nama Gajah Mada berasal dari gelar abhiseka, yaitu dari kata Gajah yang mengartikan seseorang yang kuat seperti gajah. Sedangkan untuk Mada konon katanya berasal dari Maddha, yaitu tempat dimana Gajah Mada dilahirkan, tepatnya di desa Maddha.

Sehingga nama Gajah Mada dapat diartikan sebagai seorang yang kuat dan berasal dari daerah Maddha. Hingga saat ini diperkirakan Desa Maddha adalah Tamanstriyan, Wirotaman dan Kepatihan.

Awal karir dari Gajah Mada diawali atas jasanya yang menangani pemberontakan Ra Kuti dan berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara (1309-1328 M).

Setelah itu ia diangkat menjadi Patih Kahuripan tahun 1319 M, dan setelah dua tahun berikutnya ia diangkat menjadi seorang Patih di Kediri.

Menolak Untuk Menggantikan Mpu Krewes

Sekitar tahun 1329 M, Patih dari Kerajaan Majapahit Mpu Krewes atau yang memiliki nama asli Aryo Tadah mengundurkan diri, sehingga pada akhirnya Gajah Mada ditunjuk untuk menjadi penggantinya.

Saat penunjukkan tersebut, Gajah Mada tidak setuju akan pengangkatannya menjadi seorang Patih di kerajaan Majapahit, tetapi Gajah Mada ingin memberikan suatu hal yang berjasa untuk kerajaan terlebih dahulu.

Yaitu dengan cara menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang memberontak. Tidak berapa lama kemudian akhirnya Gajah Mada diangkat menjadi Patih oleh Ratu Tribuwanatunggadewi pada tahun 1334 M.

Biografi Singkat Gajah Mada; Sumpah Amukti Palapa

Saat diangkat menjadi seorang Patih di Kerajaan Majapahit, Gajah Mada melakukan suatu sumpah yang dinamainya Sumpah Palapa. Yakni berisikan: ia akan menikmati palapa (rempah atau kenikmatan duniawi) jka sudah berhasil menaklukkan Nusantara.

Sumpah Palapa ini ada di dalam kitab Pararaton berikut:
Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwis kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.”

Yang memiliki arti:
Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa berkata:
Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku tidak akan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku tidak akan mencicipi palapa!

Sumpah Palapa Ini Menjadi Pecut Bagi Kerajaan Majapahit

Sumpah inilah yang menjadi penyemangat bagi Kerajaan Majapahit untuk menaklukan kerajaan yang ada di Nusantara. Seperti Bedahulu (Bali), Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan kerajaan lain yang ada diluar Sumatra.

Lalu Bintan, Tumasik (Semenanjung Malaya, Singapura, beberapa kerajaan di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Kota Lingga(Tanjung Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Solok, Saludung, Barito, Pasir, Tabalung, Sawaku, Malano, Tanjung Kutei), Sampit.

Masih Meneruskan Perluasan Kekuasaan

Hingga jaman pemerintahan berikutnya, yaitu saat kekuasaan Hayam Wuruk, Gajah Mada masih meneruskan penaklukan ke wilayah di Nusantara.

Beberapa kerajaan yang ditaklukkannya di wilayah timur: Logajah, Sukun, Gurun, Sapi, Taliwung, Seram, Gunungapi, Sasak, Hutankadali, Luwuk, Bantayan, Buton, Makassar, Kunir, banggai, Slayar, Gliyan, Muar (Saparua), Sumba, Buma, Solor, Wandan (Banda), Wanin, Ambon, Seran, Dompo, Timor.

Terjadinya Perang Bubat

Dalam Perang Bubat (1357), Hayam Wuruk berniat akan menikahi Dyah Pitaloka yang merupakan putri dari Kerajaan Sunda sebagai seorang permaisuri.

Rombongan Kerajaan Sunda datang ke Kerajaan Majapahit untuk menerima lamaran dari Hayam Wuruk untuk pernikahan mereka.

Gajah Mada berinisiatif untuk menjebak rombongan tersebut dan memaksa agar Kerajaan Sunda tunduk serta menjadikan Dyah Pitaloka sebagai persembahan kepada Kerajaan Majapahit.

Namun Kerajaan Sunda tidak menyetujui akan hal tersebut dan akhirnya melakukan penolakan akan hal tersebut, hingga berakhir pada pertumpahan darah.

Pertempuran yang tidak seimbang menyebabkan kekalahan pada pihak Kerajaan Sunda yang pada akhirnya menyebabkan Dyah Pitaloka bunuh diri.

Hayam Wuruk sangat sakit hati karena kejadian ini. Hayam Wuruk yang tulus mencintai Dyah Pitaloka harus merelakan kematiannya atas kecerobohan dari Gajah Mada.

Karena hal yang sudah terjadi ini, Gajah Mada dipecat dari jabatannya sebagai patih dari Kerajaan Majapahit.

Biografi Singkat Gajah Mada; Akhir Dari Kisah Gajah Mada

Gajah Mada meninggal tahun 1364 M (1286 Saka). Hal ini tertera pada kakawin Negarakertagama pupuh LXXI/I. Di dalam kitab tersebut, setelah upacara keagaam Hayam Wuruk di Simping selesai, Hayam Wuruk bertemu dengan Gajah Mada yang sedang dalam keadaan sakit.

Apa bila benar lontar Gajah Mada tersebut benar, maka bisa diperkirakan Gajah Mada telah meninggal dalam usia yang ke 65 tahun.

Biografi Singkat Gajah Mada; Wajah Gajah Mada

Ada fakta menarik, tahukah Anda bahwa wajah dari sosok Gajah Mada yang banyak kita lihat di beberapa buku ataupun gambar dari sumber yang lain, wajah tersebut adalah gambar ilustrasi dan bukan wajah dari Gajah Mada yang asli.

Ilustrasi tersebut digambarkan oleh M. Yamin. Lalu, bagaimana gambaran wajah asli dari Gajah Mada? Hingga sekarang ini tidak ada yang tahu pasti bagaimana wajah asli dari Gajah Mada.

Sosok yang selama ini kita lihat hanyalah hasil rekaan. Di dalam buku biografi Gajah Mada karya Agus Aris Munandar, halaman 117; menyebutkan bahwa Gajah Mada memiliki badan seperti Bima dalam tokoh pewayangan.

Gajah Mada diceritakan memiliki badan yang tegap, rambut ikal berombak, dan memiliki kumis yang melintang. Agus sendiri mengutip dari arca yang ditemukan di wilayah Trenggalek yang bertanggal 1357 M. Arca tersebut sekarang berada di Museum Nasional Jakarta.

“Dibagian kepala terdapat ikatan rambut yang membentuk seperti topi. Menggunakan perhiasan gelang dan berbusana kelat lengan. Bagian atasnya berupa ular”.

Tidak Adanya Bukti Kuat Atas Wajah Gajah Mada

Di dalam buku tersebut, menurut Ali Akbar yang seorang arkeolong dari Univ. Indonesia menyampaikan, bahwa hingga saat ini belum ada bukti kuat yang memastikan bagaimana wajah asli dari sang Gajah Mada.

Baca Juga: Mitos dan Fakta seputar kehamilan yang patut kalian ketahui

“Wajah yang sekarang dijadikan ilustrasi dan dikenal luas oleh masyarakat sekarang itu adalah hasil dari pecahan terakota (tembikar) atau tanah liat yang ditemukan di Trowulan”. Sedangkan di Trowulan banyak ditemukan pecahan terakota yang beberapa diantaranya ada wajah perempuan, lelaki, binatang, dll.

Pendapat dari Yamin kemudian diperkuat Maclain Pont, yang mengemukakan pendapat bahwa terakota yang sudah ditemukan dekat Candi Wringin Lawang tersebut dipercaya sebagai rumah dari Gajah Mada.

Sah saja jika Yamin beranggapan bahwa terakota tersebut adalah gambaran asli dari wajah Gajah Mada. Karena tidak ada yang tahu secara pasti wajah asli dari Gajah Mada dan sejarah adalah suatu interpretasi.

Yang menjadi sumber masalah adalah bagaimana interpretasi tersebut dilakukan, dengan metode yang jelas berdasarkan data yang ada atau tidak.

Baca Juga: Siapa Kartini? Mari kita ulas secara singkat

Terakota yang ditemukan di Trowulan tidak hanya satu, ditemukan beberapa terakota yang memiliki kemiripan wajahnya satu sama lain.

Dengan ditemukannya beberapa terakota yang memiliki wajah yang serupa tersebut, dapat diindikasikan bahwa terakota tersebut merupakan wajah dari seorang yang terkenal dimasa lampau.

Dan terakota yang tidak ada mahkota digambarkan sebagai seorang yang bukan raja, jadi terakota tanpa mahkota dan banyak kemiripan dengan terakota lainnya tersebut diperkirakan adalah Gajah Mada – melihat banyak jasa yang telah diberikan oleh Gajah Mada untuk Kerajaan Majapahit dijaman keemasannya.

Baca Juga: Biografi Singkat Sultan Hasanuddin

Biografi Singkat Gajah Mada; Terakota Gajah Mada

Penggambaran dari bentuk tubuh Gajah Mada yang terkesan gempal memberikan kesan bahwa Gajah Mada berada pada saat yang sejahtera dan makmur.

Tidak sedikit juga yang menggambarkan bahwa Gajah Mada adalah seseorang yang memiliki tubuh yang kurus, dikarenakan Gajah Mada adalah seorang yang sering melakukan meditasi, topobroto atau tirakat. Dan rata-rata orang yang melakukan hal tersebut adalah seorang yang memiliki tubuh kurus.

Tujuan dari Yamin menggambarkan ilustrasi dari wajah Gajah Mada adalah untuk membuat suatu ikon figur pemersatu perjuangan dari Kerajaan Majapahit yang dapat memunculkan semangat kebangsaan pada masyarakat di Nusantara.

=========

Siapakah Agnes Ann Luisa?